Friday, January 22, 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
rakyatharustau.com
  • Berita
    • Nasional
    • Global
    • Megapolitan
    • Regional
  • Bola
  • Food
  • Hype
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Money
  • Properti
  • Sains
  • Tekno
  • Travel
  • Berita
    • Nasional
    • Global
    • Megapolitan
    • Regional
  • Bola
  • Food
  • Hype
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Money
  • Properti
  • Sains
  • Tekno
  • Travel
No Result
View All Result
rakyatharustau.com
No Result
View All Result
Home Berita

3 Perang Arab Saudi yang Mungkin Tak Akan Dimenangi Mohammed bin Salman Halaman all

December 10, 2020
in Berita, Global
0
3 Perang Arab Saudi yang Mungkin Tak Akan Dimenangi Mohammed bin Salman Halaman all
0
SHARES
4
VIEWS
Bagikan ke Whatsapp

RIYADH, KOMPAS.com – Hari-hari belakangan ini adalah waktu yang tidak nyaman bagi kalangan pemimpin Arab Saudi, khususnya bagi Putra Mahkota Mohammed bin Salman atau disingkat MBS.

Di dalam negeri putra mahkota tetap populer, tetapi di panggung internasional ia tak mampu melepaskan diri dari selubung kecurigaan atas dugaan perannya dalam pembunuhan wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi pada 2018.

Kini, pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) bersiap-siap menempati Gedung Putih dan presiden terpilih Joe Biden telah menegaskan, ia akan mengambil pendekatan lebih tegas dibandingkan pendahulunya terhadap sikap-sikap tertentu Arab Saudi.

Masalah-masalah apa yang dipertaruhkan dan mengapa penting bagi mereka yang berkuasa di Washington dan Riyadh?

Perang ini sudah menjadi bencana bagi hampir semua pihak yang terlibat, terlebih bagi seluruh penduduk miskin dan kekurangan gizi di Yaman.

Arab Saudi tidak memulai perang ini, tetapi kelompok Houthi-lah yang mengawalinya ketika menyerbu ibu kota Yaman, Sanaa, pada akhir 2014 dan menggulingkan pemerintah sah.

Houthi adalah kelompok suku dari wilayah pegunungan utara dan mewakili kurang dari 15 persen dari total penduduk negara itu.

Pada Maret 2015, MBS selaku Menteri Pertahanan Arab Saudi secara diam-diam membentuk koalisi negara-negara Arab dan kemudian masuk ke dalam perang dengan gempuran udara yang luar biasa.

Serangan itu diharapkan memaksa Houthi menyerah dalam hitungan bulan.

Hampir enam tahun kemudian, meskipun ribuan orang telah terbunuh atau kehilangan tempat tinggal dan kedua belah pihak melakukan tindak kejahatan perang, koalisi pimpinan Arab Saudi gagal menggusur kelompok Houthi dari Sanaa dan dari sebagian wilayah barat yang padat penduduk.

REUTERS via BBC INDONESIA Koalisi pimpinan Arab Saudi gagal mengusir Houthi dari Sanaa.

Dengan bantuan Iran, Houthi meluncurkan rudal yang semakin akurat mengenai sasaran dan pesawat nirawak pembawa bom ke dalam wilayah Arab Saudi, menghantam fasilitas perminyakan sampai Jeddah.

Ini adalah kebuntuan yang menelan biaya besar dan berbagai rencana perdamaian sudah gagal berturut-turut.

Perang Yaman ini membunuh rakyat Yaman dan menguras keuangan Arab Saudi, sementara memicu kecaman di luar negeri.

Arab Saudi kemudian ingin mencari jalan keluar yang menyelamatkan mukanya.

Tetapi karena telanjur menyatakan dengan kata-kata mereka sendiri, “untuk menghentikan Iran mendapatkan tempat berpijak di wilayah perbatasan selatan”, Arab Saudi menegaskan tidak dapat menerima milisi bersenjata dukungan Iran berkuasa di Yaman.

Kelompok milisi Houthi mengaku meluncurkan rudal ke fasilitas perminyakan di Jeddah pada November 2020.REUTERS via BBC INDONESIA Kelompok milisi Houthi mengaku meluncurkan rudal ke fasilitas perminyakan di Jeddah pada November 2020.

Kendati demikian, waktu semakin mendekati akhir bagi upaya perang Arab Saudi.

Menjelang 2016, di akhir masa pemerintahannya Presiden Barack Obama kala itu sudah mulai menahan sebagian dukungan AS.

Presiden Donald Trump membatalkan kebijakan itu dan memberikan Riyadh seluruh bantuan intelijen dan materi yang diminta. Kini pemerintahan Biden telah mengisyaratkan kebijakan tersebut kemungkinan tidak akan diteruskan.

Kini muncul tekanan untuk mengakhiri perang, apa pun caranya.

Perempuan-perempuan yang dipenjarakan

Masalah ini adalah bencana hubungan masyarakat di panggung internasional bagi penguasa Arab Saudi.

Sebanyak 13 aktivitis perempuan Arab Saudi yang tidak menggunakan jalan kekerasan dijebloskan ke penjara.

Dalam beberapa kasus mereka mengalami kekerasan berat, hanya karena menuntut hak perempuan boleh mengemudi sendiri dan menuntut diakhirinya sistem perwalian yang dianggap sangat tidak adil.

Banyak di antara mereka, termasuk tahanan paling terkenal Loujain Al Hathloul, ditangkap pada 2018 tak lama sebelum larangan mengemudi bagi perempuan dicabut.

Pihak berwenang menegaskan Al Hathloul bersalah karena memata-matai dan “menerima dana dari kekuatan asing”, tetapi mereka tidak menyodorkan bukti-bukti.

Menurut teman-temannya, Al Hathloul hanya menghadiri konferensi hak asasi manusia di luar negeri dan melamar pekerjaan di PBB.

Keluarganya melaporkan ia telah dipukuli, disengat, dan diancam akan diperkosa dalam tahanan.

Ditambahkan, terakhir kali keluarga bertemu Al-Hathloul terguncang di luar kendali.

Loujain Al Hathloul tercatat sebagai sosok terkenal dalam gerakan mendapatkan hak menyetir bagi perempuan di Arab Saudi.REUTERS via BBC INDONESIA Loujain Al Hathloul tercatat sebagai sosok terkenal dalam gerakan mendapatkan hak menyetir bagi perempuan di Arab Saudi.

Sama halnya dengan perang Yaman, ini adalah lubang yang digali sendiri oleh kepemimpinan Arab Saudi dan sekarang mencari jalan keluar yang menyelamatkan harga dirinya.

Setelah menahan sejumlah perempuan begitu lama, tanpa bukti yang dapat diterima di pengadilan di sebuah negara yang memiliki sistem kehakiman independen, jalan keluar yang paling nyata adalah skema “pengampunan murah hati”.

Diperkirakan masalah ini akan disuarakan oleh pemerintahan Biden.

Di atas permukaan, persoalan ini kemungkinan akan terselesaikan setelah mediasi di balik layar yang melelahkan yang dilakukan Kuwait. Tetapi bawah permukaan, masalah itu jauh lebih dalam.

Pada 2017, dalam hitungan hari menyusul lawatan Presiden Trump ke Riyadh, Arab Saudi bersama Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memboikot negara tetangga, Qatar.

Mereka berdalih dukungan Qatar terhadap kelompok-kelompok Islam garis keras tidak dapat diterima, sama dengan dukungan terhadap terorisme.

Pemboikotan terhadap Qatar terjadi tidak lama setelah kunjungan Presiden Trump ke Riyadh pada tahun 2017.EPA via BBC INDONESIA Pemboikotan terhadap Qatar terjadi tidak lama setelah kunjungan Presiden Trump ke Riyadh pada tahun 2017.

Uni Emirat Arab mengeluarkan dokumen berisi daftar orang-orang yang dicap sebagai teroris yang tinggal di Qatar, tetapi negara itu menepis tuduhan pihaknya mendukung terorisme dan menolak memenuhi tuntutan keempat negara.

Salah satu tuntutannya adalah mengendalikan saluran televisi unggulannya, Al Jazeera.

Sama dengan Houthi di Yaman, terdapat harapan yang tidak pada tempatnya bahwa Qatar akan runtuh dan pada akhirnya akan menyerah.

Itu belum terjadi, antara lain karena Qatar mempunyai kekayaan besar. Qatar mempunyai ladang gas luas di lepas pantai dan menanamkan modal lebih dari 53 miliar dollar AS (Rp 748 triliun) di Inggris saja- dan juga mendapat sokongan dari Turki serta Iran.

Ini bermakna bahwa dalam beberapa tahun belakangan muncul keretakan mendalam di Timur Tengah.

Satu kelompok terdiri dari negara-negara kerajaan, Sunni konservatif di Teluk – Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain – bersama dengan sekutu mereka, Mesir.

Di sisi lain terdapat Qatar, Turki dan berbagai gerakan politik Islam yang didukung kedua negara seperti Ikhwanul Muslimin dan Hamas di Gaza.

Arab Saudi dan negara sekutu-sekutunya menuntut Qatar menutup jaringan televisi Al Jazeera.AFP via BBC INDONESIA Arab Saudi dan negara sekutu-sekutunya menuntut Qatar menutup jaringan televisi Al Jazeera.

Gerakan transnasional ini adalah kutukan bagi para pemimpin kuartet, yang menganggapnya sebagai ancaman eksistensial bagi kekuasaan mereka.

Tak diragukan lagi pemboikotan terhadap Qatar selama 3,5 tahun telah merugikan kedua belah pihak baik dari sisi ekonomi maupun politik.

Hal tersebut juga telah menjadikan persatuan Teluk Arab sebagai ejekan pada saat para pemimpin Teluk merasa semakin khawatir tentang program rudal dan nuklir Iran.

Panasihat presiden AS, Jared Kushner, berunding dengan pemimpin Qatar, SyekhTamim bin Hamad Al Thani, di Doha pada tanggal 2 Desember lalu.EPA via BBC INDONESIA Panasihat presiden AS, Jared Kushner, berunding dengan pemimpin Qatar, SyekhTamim bin Hamad Al Thani, di Doha pada tanggal 2 Desember lalu.

Utusan Presiden Trump, Jared Kushner, telah melakukan pembicaraan di Teluk guna mengakhiri sengketa, dan tentu pemerintahan Biden nanti juga menginginkan penyelesaian.

Bagaimana pun juga, Qatar menjadi tuan rumah bagi pangkalan Pentagon terbesar di luar AS yaitu di Al-Udaid.

Namun apa pun yang disepakati dalam mediasi, masih harus dilihat dalam tataran penerapan.

Diperlukan waktu bertahun-tahun bagi Qatar untuk memaafkan negara-negara tetangganya itu, dan diperlukan waktu bertahun-tahun pula bagi mereka untuk memercayai Qatar lagi.

#Perang #Arab #Saudi #yang #Mungkin #Tak #Akan #Dimenangi #Mohammed #bin #Salman #Halaman

Klik disini untuk lihat artikel asli

Tags: Aktivis perempuanarab saudiJamal KhashoggiMBSMohammed bin SalmanPerang Arab Saudiperang yamanQatarRiyadh
Next Post
8 Cara Mudah Atasi Radang Tenggorokan saat Menyusui Halaman all

8 Cara Mudah Atasi Radang Tenggorokan saat Menyusui Halaman all

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

7 Jurusan Kuliah Terbaik dan Prospek Kerja bagi Anak IPA

7 Jurusan Kuliah Terbaik dan Prospek Kerja bagi Anak IPA

5 months ago
Catat, Ini Sanksi Pendaki Gunung Sindoro jika Buang Sampah Sembarangan

Catat, Ini Sanksi Pendaki Gunung Sindoro jika Buang Sampah Sembarangan

5 months ago
Seorang Pasien Positif Covid-19 di RSD Wisma Atlet Diduga Bunuh Diri

Seorang Pasien Positif Covid-19 di RSD Wisma Atlet Diduga Bunuh Diri

5 months ago
Hotel Kontainer, Upaya Hadirkan Keunikan Sekaligus Jaga Lingkungan

Hotel Kontainer, Upaya Hadirkan Keunikan Sekaligus Jaga Lingkungan

5 months ago
Nissan Sosialisasikan Teknologi e-POWER pada Gelaran IOOF 2020

Nissan Sosialisasikan Teknologi e-POWER pada Gelaran IOOF 2020

5 months ago
Frank Lampard Prediksi Juara Premier League Tak Raih Banyak Poin Halaman all

Chelsea Kalah Lagi dan Nasibnya di Ujung Tanduk, Frank Lampard Tak Peduli Halaman all

3 weeks ago
Melihat Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia dari Bulan ke Bulan

Melihat Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia dari Bulan ke Bulan

5 months ago

Terpopuler

  • Lirik dan Chord Lagu Ada Rindu Untukmu, Versi Cover Vanny Vabiola

    Lirik dan Chord Lagu Ada Rindu Untukmu, Versi Cover Vanny Vabiola

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lirik dan Chord Lagu Banyu Moto – Happy Asmara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lirik dan Chord Lagu Holong Naso Tarputik – Rani Simbolon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lowongan Kerja PT IMIP Tahun 2020, Sikat!

    59 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hanya Dua Hari, Telkomsel Gelar Surprise Deal Unlimited Rp 100.000 Halaman all

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • About
  • Advertise
  • Careers
#rakyatharustau

© 2020 rakyatharustau.com - Platform media online

No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Global
    • Megapolitan
    • Regional
  • Bola
  • Food
  • Hype
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Money
  • Properti
  • Sains
  • Tekno
  • Travel

© 2020 rakyatharustau.com - Platform media online