Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berinisiatif melakukan penelitian pada batubara yang berpotensi menjadi anoda baterai dengan cara mengkonversinya menjadi bahan baku pitch bernilai tinggi. Anoda baterai sendiri merupakan salah satu komponen pendukung baterai listrik (lithium) selain katoda. Sebagaimana yang kita ketahui, katoda didapatkan dari gabungan nikel, mangan, dan kobalt.
Lewat rilis Kementerian ESDM pada Senin (11/1) lalu, penelitian pada batubara yang dilakukan Kelompok Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara ini bertujuan mendukung program hilirisasi batubara menjadi bahan baku grafit sintetik yang bernilai tinggi. Kegiatan difokuskan pada pembuatan prekursor karbon dari residu distilasi ter batubara sebagai material penyimpanan energi.
Mengapa Indonesia membuat grafit sintetik bukan alam? Dari data Kementerian ESDM, sekitar 83 persen pasokan grafit alam dunia berasal dari Tiongkok dan Brasil. Tidak semua grafit alam bisa digunakan sebagai anoda baterai karena memerhatikan kemurnian dan kualitas ukuran kristalnya.
Dikarenakan Indonesia tidak memiliki tambang grafit alam yang ekonomis, pembuatan grafit sintetik secara konvensional dari minyak bumi menjadi jalan keluarnya meskipun biayanya 10 kali lipat lebih mahal. Guna mengurangi biaya produksi, pencampuran grafit alam olahan (spherical graphite) dengan sintetik.
Koordinator KP3 Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara, Slamet Handoko, menerangkan bahwa tahun 2014, proporsi grafit sintetik mencapai 33-40 persen dan diprediksi akan semakin menjulang, seiring dengan peningkatan kebutuhan baterai mobil listrik.
Ketua Tim Penelitian, Phiciato, menjelaskan bahwa grafit sintetik dapat dicampurkan dari segala jenis material karbon biomassa, jelaga, arang dan limbah industri, asalkan memiliki media katalis yang cocok dan jaminan ketersedian pasokan. Pemilihan batubara dan turunannya sebagai prekursor karbon yang ekonomi juga harus diperhatikan, semakin tinggi kandungan karbon maka semakin baiknya keekonomian proses grafitisasi.
Jika hilirisasi batubara masih asing di telinga publik, itu karena pemerintah saat ini fokus pada hilirisasi nikel yang disebut dapat membawa Indonesia menjadi raja baterai listrik dunia. Padahal, batubara berpotensi menghasilkan anoda baterai kendaraan listrik.
Direktur Bina Program Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Muhammad Wafid Agung telah mengungkapkan, hilirisasi batubara telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020. Ia juga menambahkan pengembangan batubara terdiri dari enam skema.
“Hingga saat ini, peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia belum sepenuhnya mencapai tahap komersial. Yang sudah komersial baru dua, coal upgrading dan pembuatan briket batubara,” ujar Wahid pada webinar Rabu (18/11/2020).