Pembangunan kawasan industri luar Pulau Jawa termasuk di Sulawesi sedang gencar-gencarnya dilakukan. Seperti salah satunya PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park), sebagai salah satu kawasan industri yang berada di Morowali.
Senyatanya, pembangunan kawasan industri juga harus diiringi dengan pembangunan infrastrukturnya. Mengenai ketersediaan listrik, IMIP sendiri telah mempunyai PLTU yang siap memasok tenaga listrik sehari-hari agar kegiatan industri tetap. berjalan. Tentunya listrik adalah yang mempunyai peran penting karena listrik yang menggerakan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan industri.
Namun, di luar kawasan industri, Kabupaten Morowali itu sendiri mengalami krisis listrik. Warga pun mulai resah dengan adanya pemadaman bergilir dilakukan PLN. Warga di kecamatan Bahodopi misalnya, sering mendapatkan pemberitahuan dari PLN akan pemadaman listrik dengan durasi lebih dari 8 jam dengan beragam alasan, mulai dari pemeliharaan mesin, pengujian mesin, pemotongan pohon dan sederet alasannya lainnya.
Padahal, dulu PLTU yang dimiliki IMIP ikut membantu menyelesaikan permasalahan listrik di Bahodopi pada 2017 lalu. Kala itu, pihak penyedia listrik negara membeli listrik dari PLTU IMIP sebesar 5MW. harga jual beli listrik ke PT IMIP yaitu Rp710/kWh, jauh lebih murah dari harga SNI pembelian listrik oleh PLN ke pihak swasta lain yaitu Rp1.059 per kWh.
Permasalahan listrik di Morowali mungkin bisa diatasi dengan pemanfaatan ragam pembangkit listrik seperti selain dari PLTU PT IMIP, yaitu PLTA Desa Sakita dan PLTD Desa Bahoruru. Namun entah mengapa, kini krisis listrik terulang lagi.
Maka tak heran, bila akhirnya warga Morowali melakukan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Morowali (AMMM) pada November 2021 kemarin, elemen mahasiswa ini menuntut Bupati dan DPRD Morowali hingga PLN untuk membereskan masalah krisis listrik.
Menyusul mahasiswa, Aliansi Pelanggan Listrik Menggugat (Pelita) Morowali juga melakukan aksi unjuk rasa pada Selasa, (16/11/2021). Pelita Morowali menyoroti bahwa dengan adanya pemadaman bergilir dapat mengganggu aktivitas perekonomian rakyat serta menghambat aktivitas publik lainya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan kegiatan perkantoran.
Tetapi ada baiknya, pihak berwenang mendengarkan tuntutan warga sekitar karena ketidakstabilan penyediaan listrik tentunya akan menjadi efek domino bagian perindustrian. Bagaimanapun, karyawan yang bekerja di kawasan industri Morowali banyak yang berasal dari Morowali.
Memang, diketahui sudah ada pertemuan antara pihak pemerintah dengan penyedia listrik setempat yaitu PLN Cabang Bungku. Hasil dari pembicaraan tersebut bahwa pihak penyedia listrik sedang mengupayakan penambahan pembangkit listrik hingga akan mengupayakan perbaikan mesin sehingga pemadaman listrik diharapkan akan berkurang.