KOMPAS.com – Bahaya paparan Bisphenol A atau BPA beberapa waktu terakhir menjadi perhatian publik. Apalagi beberapa influencer juga membahas hal ini.
Salah satunya unggahan podcast dr. Richard Lee di kanal Youtube miliknya yang menghadirkan Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D, Apt.
Lewat beberapa rilis yang tayang di website resmi UNAIR, Junaidi sendiri cukup vokal membahas mengenai dampak paparan BPA pada kesehatan manusia.
Dia menjelaskan bahwa sering mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi BPA dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker, gangguan fungsi organ hati, diabetes, gangguan otak, dan kelainan perilaku pada anak kecil.
Tapi, apa sih sebenarnya BPA itu?
BPA adalah…
Dikutip dari Mayo Clinic, BPA adalah bahan kimia industri yang digunakan terutama dalam pembuatan plastik dan resin sejak tahun 1950-an. Umumnya, senyawa ini ditemukan pada plastik polikarbonat dan resin epoksi.
Plastik polikarbonat sendiri kerap jadi bahan pilihan untuk wadah produk makanan dan minuman karena sifatnya yang ringan, sangat tahan pecah, dan transparan. Bahan ini banyak digunakan dalam berbagai barang sehari-hari lainnya, seperti kacamata dan compact disc.
Ambang batas paparan BPA
Di Indonesia sendiri, muncul kekhawatiran paparan BPA dari galon air minum isi ulang.
Melihat risiko dan kekhawatiran masyarakat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyiapkan pelabelan potensi BPA pada kemasan galon isi ulang.
Selain itu, BPOM juga menyebut telah mengatur ambang batas paparan BPA pada air minum galon isi ulang, yakni 0,6 ppm per liter. Jika melebihi batas itu, bisa berisiko terhadap kesehatan.
Sedangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyebut paparan BPA dalam jumlah kurang dari 2,25 miligram per pon (atau setara dengan 5 mg per kg) berat badan per hari dianggap aman.
Alternatif air minum
Meski telah ambang batas aman paparan BPA telah diatur, tetapi kekhawatiran mengenai hal ini masih berlanjut. Lalu, kira-kira apa saja alternatif air minum yang bisa dipilih?
1. Air rebusan
Umumnya, untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat Indonesia mengandalkan air yang direbus.
Selain memiliki harga yang lebih murah, air minum rebusan juga dianggap memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih rendah.
2. Air yang dimurnikan
Berbeda dengan beberapa negara yang air kerannya bisa langsung diminum, di Indonesia hal ini belum bisa dilakukan. Alasannya adalah kondisi air di Indonesia masih belum cukup baik.
Meski begitu, saat ini banyak produk pemurni air yang membuat air keran bisa dikonsumsi secara langsung.
Salah satu pemurni air yang hadir di Indonesia adalah VITOPURE dari Viessmann untuk pengelolaan air rumah tangga. Tujuannya adalah mencegah sedimen, karat, ganggang, dan partikel berbahaya masuk ke dalam suplai air di rumah.
Cara ini dilakukan dengan menggunakan filter karbon aktif terkompresi yang menghilangkan warna, bau, dan rasa dari air, sementara filter senyawa Kinetic Degradation Fluxion (KDF) menghilangkan klorin, logam, dan mengurangi kerak.
Produk ini juga memastikan keamanan dari kuman, virus, bakteri serta penumpukan kotoran, telur serangga, dan pasir melalui keramik diatomit dan filter serat PP (polipropilena).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Khawatir #Paparan #BPA #dari #Air #Minum #Kemasan #Apa #Alternatifnya
Klik disini untuk lihat artikel asli